Kamis, 17 Maret 2011

Memahami Celoteh Anak Anda

Kemampuan buah hati Anda berbahasa merupakan kebutuhan dasarnya, bahkan sejak hari pertama ia dilahirkan. Dengan berjalannya waktu, secara bertahap ia akan belajar lebih banyak tentang bagaimana mengomunikasikan keinginan dan kebutuhannya kepada orang lain, termasuk Anda sebagai orangtuanya. Berikut tahapan perkembangan kemampuan berkomunikasi seorang anak.

Usia bayi hingga 2 tahun

Bayi baru lahir hingga usia 3 bulanan umumnya menggumamkan jenis dan tinggi suara yang berbeda. Menggumam dan mengeluarkan suara-suara lembut membuat bayi mendapatkan perhatian dari lingkungannya dan ini membuatnya merasa aman dan nyaman.

Jangan pernah berpikir kita tak bisa banyak bicara kepada anak usia ini. Begitu mereka mulai menangkap ada hal-hal berbeda terhadap apa pun yang Anda lakukan, verbalisasikan aksi tersebut. Contohnya, “Yuk, sekarang kita ganti popok dulu.” Atau “Mama mau matikan lampu kamarmu, ya.”

Mungkin Anda merasa begitu bodoh mengucapkan kalimat-kalimat semacam ini pada Si Kecil, tapi percayalah ia senang mendengar suara Anda. Ia juga akan berkomunikasi dengan Anda melalu aksinya, entah itu menangis, tersenyum ataupun berceloteh.

Ketika Si Kecil mendekati usia setahun, mereka mampu menirukan ekspresi yang dilihatnya dari orang-orang terdekatnya. Ia pun mulai mengasosiasikan bahasa tubuh secara sederhana lewat “kata-kata”. Entah dengan menggeliat untuk mengatakan “hai”, serta memberi respons yang pasti terhadap bentuk-bentuk penolakan.

Menjelang usia 2 tahun, Si Kecil kelihatannya mulai menganggap bahwa nama dirinya adalah “tidak” karena seringnya ia mengatakan “tidak” alias menunjukkan sikap pembangkangan.

Anda mungkin juga jadi berpikir bahwa kata itulah satu-satunya yang tersisa dalam kamusnya. Ini normal, kok. Anak dalam kisaran usia ini mampu mengucapkan 6-20 kata, meski mereka sebetulnya bisa mengerti lebih banyak.

Mereka mulai belajar menyusun kalimat-kalimat sederhana dan memberi respon secara benar terhadap pertanyaan-pertanyaan simpel yang dilontarkan kepadanya, seperti “Ini apa, Sayang?”

Usia 3-5 tahun

Di rentang usia ini terjadi perkembangan bahasa yang relatif cepat. Anak mulai bisa menggabungkan kata-kata yang mirip menjadi sebuah kalimat sederhana untuk menceritakan kembali sebuah cerita.

Pada umur 3 tahun Si Kecil akan mampu mengikuti arah yang dimaksud, misalnya kiri dan kanan. dan atau mengulang 1-2 baris dongeng kesukaannya.

Di usia 4-5 tahun, anak mulai mampu bercerita meski mungkin masih bingung menempatkan keterangan soal waktu, seperti besok, sekarang dan kemarin. Anak akan mengombinasikan ide-ide yang berbeda ke dalam satu kalimat, tertarik mendengarkan cerita yang agak panjang, serta mampu mengikuti arah sesuai yang diminta.

Dalam percakapan, ia pun bisa menggunakan kata-kata yang menggambarkan hubungan sebab-akibat. Selain mampu menggunakan kata-kata seperti “mungkin” ataupun “seharusnya”.

Usia 6-9 tahun
Anak di rentang usia ini sangat ingin menghibur Anda dengan cerita-cerita mereka. Mereka memiliki imajinasi yang aktif dan kemampuan menambahkan unsur drama melalui aksi dan ekspresinya. Mereka gemar tertawa dan hobi membuat orang lain tertawa. Itulah mengapa lelucon menjadi salah satu bentuk hiburan yang mereka gemari.

Perbendaharaan kata mereka pun akan berkembang sejalan dengan kemampuan membaca. Bahkan untuk mengetahui betapa luasnya kosakata mereka, Anda mungkin harus mulai rajin-rajin membuka kamus bila ingin nyambung saat ngobrol dengannya.

Usia 10-12 tahun
Anak pada rentang usia ini sudah mampu belajar bagaimana seninya bercakap-cakap. Mereka punya cukup pengetahuan tentang dunia sekitar dan kosakata yang luas untuk menikmati percakapan yang menyenangkan dengan Anda. Jadi bukan hanya sebatas menyelesaikan tugas di sekolah.

Tak heran kalau waktu makan malam merupakan kesempatan yang sangat istimewa untuk menikmati perbicangan yang menyenangkan dengan ananda. Anda bisa memancing perbincangan dengan menanyakan hal-hal yang dialaminya sepanjang hari tadi.

Akan tetapi anak usia ini umumnya cenderung bermasalah dengan perilakunya yang kurang sopan dalam bertutur, semisal omong kasar atau bicara ketus. Meskipun Anda jadi bingung dibuatnya dan kadang terpancing marah, cobalah cari tahu ada apa di balik perilaku kurang sopan tadi.

Sangat mungkin hal tersebut muncul kala anak memiliki emosi yang kuat namun tak bisa mengekspresikannya secara wajar. Untuk memintanya agar tidak melakukan kekurangajaran semacam itu, tunggulah sampai ia tenang.

Gunakan strategi pesan diri (I-message ) untuk mengatakan pada buah hati Anda bagaimana kata-kata kasarnya membuat Anda merasa tersinggung. Kemudian mintalah ia untuk memosisikan dirinya jika diperlakukan seperti itu. Selanjutnya barulah tanyakan apa yang bisa ia lakukan sebagai penggantinya. Tawarkan sejumlah saran kemudian setujui satu solusi terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar